Nuryanti Noviana's Blog

RISET ANAK GAMBARAN PERILAKU BERMAIN PADA ANAK TODDLER(1-3 TAHUN) Di PLAY GROUP TUNAS BANGSA BOGOR (BAB II)

Posted on: May 7, 2010


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 : 55)
Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58)

Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60)

Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S 1997)

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hay Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal  114).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O – R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya bahwa dia adalah makhluk hidup. (Sri Kusmiyati dan Desminiarti, 1990 : 1) .

2.1.2 Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

  1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
  2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)

Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1)    Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu

2)    Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3)    Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih                baik lagi

4)    Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5)    Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122)

2.2 Bermain

2.2.1 Pengrtian bermain

Bermain merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesengan yang ditimbulkan, tanpa memeperrtimbangkan hasil akhir.  Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan tekanan dari luar atau kewajiban.

Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang berulang sekedra untuk kesenangan fungsional. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.

Bermain secara garis besar dibagi nkedalam 2 kategori, yaitu aktif dan pasif(hiburan):

  1. Bermain aktif

Dalam bermain aktif kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu. Apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain secara aktif ketika mendrekati masa remaja dan mempunyai tanggung jawab lebih besarc dirumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan pesat dan perubahan tubuh.

Macam-macam bermain aktif:

a.  Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi

Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

b.  Drama

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

c.  Bermain musik

Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.

d.  Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk

bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

e.  Permainan olah raga

Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

2. Bermain pasif(hiburan)

Dalam permainan pasif atau hiburan kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain, pemain menghabiskan sedikit energi. Anak yang menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan ditelevisi, menonton adegan lucu atau membaca bukuadalh bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenagnannya hampir seimbang dengan anak yang menghasilkan di tempat olah raga atau bermain.

Macam-macam bermain pasif (hiburan):

a. Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

b. Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

c.  Menonton televisi

Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.


2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak

  1. Kesehatan

Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.

2. Intelegensi

Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

3. Jenis kelamin

Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya  menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4.  Lingkungan

Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

6. Status sosial ekonomi

Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominyatinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkandengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah

7. Perkembangan motorik

Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik . apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembang motor mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam bermain aktif

8. Intelegensi

Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kuarang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatik, kontruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.

9. Jumlah waktu bebas

Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.

10. Peralatan bermain

Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainanya. Misalnya, dominasi boneka dan binatang buat mendukung permain pura-pura; banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin men dukung permainan yang sifatnya konstruktif.

2.1.3 Pengaruh Permainan Bagi Perkembangan Anak

1. Perkembangan fisik

Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang, gelisah, dan mudah tersinggung.

2. Dorongan berkomunikasi

Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.

3. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam

Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkunagn terhadap perilakun mereka.

4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan

Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi denagn cara lain sering kali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nayta mungkin akan nayta memperoleh pemenuhan keinginan itu denagn menjadi pemimpin tentara mainan.

5. Sumber belajar

Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku,televisi natau menjelajah lingkunagan yang tidak dipeoleh anak dari belajar di ruamh atau di sekolah.

6. Rangsangan bagi kreatifitas

Rangsangan melalui ekperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepusaan. Selanjutnay mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.

7. Perkembangan wawasan diri

Denagan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya denagn lebih pasti dan nyata.

8. Belajar bermasyarakat

Denagn bermain bersama anak lain, mereka belajar bagaiman membentuk hubungan sosial dan bagaiman menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.

9. Standar moral

Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang di anggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.

10.Belajar bermain seseuai peran jenis kelamin

Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang  disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.

11.Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan

Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.

2.1.4 Mainan yang Baik

1. Usia 0-2 bulan

Mainan untuk dilihat dan didengar, seperti mobil-mobilan, kincringan dan kecrekan kain. Tikar dan alat senam mainan merupakan kesenangan inderawi yang besar, namun perhatikan tali, benang, atau manik-manik yang mungkin memaparkan bahaya tercekik atau tersedak.

2.Usia 2-4 bulan

Mainan yang bisa diutak-atik lewat mencengkeram seperti kincringan, mainan gigitan, mainan bertekstur, dan mainan berpegangan atau bertombol besar. Juga, pilih mainan sebab-dan-akibat yang mengeluarkan cahaya atau suara ketika disentuh atau ditekan.

3.usia 4-8 bulan

Seorang bayi yang sedang belajar duduk siap untuk menjelajah dunia, maka, carilah balok-balok bergambar berwarna cerah, lingkaran tumpuk, mainan penyimpan, buku bergambar, bola, dan mainan tarik-dan-dorong.

4.Usia 8-12 bulan

Anak-anak pada tahap ini gemar membuat sesuatu terjadi dengan menekan tombol, dan mendengarkan lagu, atau membuat burung nongol dari jendela. Buku-buku karton, balok-balok besar, alat-alat musik (drum, krencengan, trompet mainan), binatang-binatangan dari kain berspons, kotak dan papan kegiatan, adalah pilihan-pilihan terbaik.

5.Usia 12-18 bulan

Anak-anak pada masa ini memerlukan benda untuk bermain fisik secara aktif, seperti mainan berjalan (kereta belanja, kereta bayi, atau mobil kayuh). Penyortir bentuk, balok-balokan, danboneka lunak juga sangat baik. Untuk bermain di ruang terbuka yang menyenangkan, cobalah sepeda tiga roda yang rendah atau mobil bak untuk dikayuh atau ditarik. Bola besar, mainan-mainan yang bisa mengembang (inflatable), kolam renang, atau bak pasir beserta perkakas menggali, menjadi pilihan-pilihan yang baik.

6..usia 18-24 bulan

Batita-batita yang lebih besar gemar berpura-pura mereka adalah orang-orang dewasa seperti ibu dan ayah sehingga bermain tiru-tiruan adalah penting. Makanan mainan, perkakas dan perabotan mainan, furnitur mainan ukuran anak-anak, boneka beserta pakaiannya yang mudah diganti-ganti adalah baik. Batita juga bisa menikmati alat-alat musik seperti tambur, piano, trompet tanduk, dan drum mainan, maupun juga mendengarkan kaset. Akan tetapi, mereka masih kurang memiliki ketangkasan gerak seorang dewasa, dan masih suka menaruh benda-benda di mulut; jadi, jangan ada barang-barang kecil.

7.Usia 2-3 tahun

Penyelarasan tangan-mata kini lebih halus sehingga mereka dapat mengutak-atik benda-benda kecil dan mainan-mainan seperti balok-balokan, mobil, truk, dan keretapi (dengan relnya); boneka bayi dan perabotan pembersih rumah; makanan atau bahan makanan mainan untuk dapur-dapuran; puzzle (hingga 30 keping); buku sederhana; buku mewarnai dan krayon.

8.Usia Balita

Bersama dengan khayalan timbullah konsep baik dan buruk dan anak-anak mulai takut kepada kegelapan atau monster di bawah kasur. Boneka atau beruang teddy kesukaan, misalnya, dapat menjadi penenang besar. Anak-anak kadang kala akan berbagi rahasia atau perasaan kepada mainan yang mana akan mereka sembunyikan kepada orang lain. Anak-anak kecil ini juga merasa gagasan menempuh jarak yang jauh itu mempesonakan, jadi truk, mobil, pesawat, kereta, perahu, dan traktor semuanya menyenangkan pada umur ini.Untuk membantu menajamkan ingatan dan kemampuan membayangkan mereka,perkenalkan permainan yang mensyaratkan penggunaan khayalan atau perhitungan mental. Permainan papan, mainan elektronik, permainan kata dan mencocokkan, semua diarahkan khusus untuk kelompok ini.

9.Usia 3-4 tahun

Permainan menjadi lebih gaul sehingga Anda menemukan anak-anak Anda berbicara kepada mainannya atau membangun rumah untuk binatang mainannya. Benda-benda perangsang daya cipta seperti gunting bertepi majal, lem, kertas, dan peralatan kriya sederhana adalah taruhan- taruhan yang baik.

10.Usia 4-6 tahun

Masa kegilaan sesaat! Ia mungkin melewati suatu tahap dinosaurus, tahap ruang angkasa, tahap serangga. Ini juga masa keemasan untuk belajar demi belajar, sebelum sekolah memaksa mereka belajar demi ujian! Maka, pastikan ia memiliki pasokan seni, buku bacaan pertama, dan bukucoret-moret untuk kumpulan perangko, daun, koin.

2.1.4 Peran Orang Tua dalam Bermain pada anak Toddler

Anak-anak usia 3,4,dan 5 tahun mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti, Gila,sedih ,bahagia, dan sudah bisa membedakan perasaan-perasaan ereka. Dalam tahu pra sekolah ini, situasi emosi anak-anak sanat tergantung keadaan dan bisa berubah secepat mereka berlih dari kegiatan satu ke kegiatan yang lain. Karena anak-anak berkembng dari anak usia 3 tahun ke anak usia 5 tahun, ada peningkatan internalisasi dn pengaturan tehadap emosi mereka. Ketika anak-anak usia 3,4 dan 5 tahunmencapai keterampilan-keterampilan kognitif dan bahasa ang baru, mereka belajar untk mengatur emosi-emosi mereka dan menggnakan bahasa untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka dan perasaan orang lain. Gejolak perasaan ini sebagian besar ada di permukaan artinya mereka mulai mengerti brbagai perasaan berbeda yang mereka alami, namun mereka sulit mengatur perasaan dan meggunakan ungkapan yang sesuia untuk melukiskan perasaan itu. Gejala perasan mereka sangat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa perasaan yang terjadi pada saat itu. (Hyson,1994).

Melalui bermain anak dapat menumpahkan seluruh perasaannya, seperti: marah, takut, sedih, cemas atau gembira. Dengan demikian, bermain dapat merupakan sarana yang baik untuk pelampiasan emosi, sekaligus relaksasi. Misalnya saja pada saat anak bermain pura-pura atau bermain dengan bonekanya. Selain itu bermain juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk merasa kompeten dan percaya diri. Dalam bermain, anak juga dapat berfantasi sehingga memungkinkannya untuk menyalurkan berbagai keinginan-keinginannya yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata ataupun menetralisir berbagai emosi-emosi negatif yang ada pada dirinya seperti rasa takut, marah dan cemas

John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri. Lebih lanjut pakar psikologi Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari

Pendidik dan Orang tua dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:

1. Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.

2. Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.

3. Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.

4. Memahami emosi anak.

5. Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.

6. Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau penilaian.

4. Kerangka Teori

4 Responses to "RISET ANAK GAMBARAN PERILAKU BERMAIN PADA ANAK TODDLER(1-3 TAHUN) Di PLAY GROUP TUNAS BANGSA BOGOR (BAB II)"

assalam….bisa kirim ke email q ga contoh kuesionernya……makasih……….

assalammualaikum,… iya saya mau dong contoh kuesionernya dikirim ke email saya,…. terimakasih,…. ^_^

boleh liat kuesionernya yah teh…..kirim ke email

maaf… semua dokumen saya saat masih kuliah sudah tidak ada.. karena ada di PC yang sudah rusak..

Leave a reply to cindy Cancel reply

Categories

free counters